Tampilkan postingan dengan label keuntungan aplikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keuntungan aplikasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Mei 2017

darimana Pemilik aplikasi Mobile Chat dapat keuntungan?

Darimana Aplikasi Mobile Chat Mendapatkan Untung atau Laba?

Kalian tentu telah mengenal beberapa aplikasi mobile chat seperti Whatsapp, WeChat, Line dan KakaoTalk bukan? Tetapi pernahkah kalian bertanya tanya darimana sih keuntungan yang diperoleh perusahaan pembuat aplikasi tersebut? Bukankah aplikasi tersebut dapat diunduh gratis melalui Appstore, Playstore maupun IOSstore? Apakah perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan? Lalu bagaimana mereka menggaji karyawan yang jumlahnya ribuan diseluruh dunia?
Sebelum membedah tambang uang dari aplikasi mobile chat, ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu dengan raksasa raksasa mobile chat yang kini tengah menguasai dunia.

1.     Whatsapp, adalah aplikasi mobile chat buatan Whatsapp Inc yang berlokasi di California, Amerika Serikat. Whatsapp diciptakan pada tahun 2009 oleh Brian Action dan Jan Koum, mantan karyawan Yahoo.com. Tahun 2013 ini, pihak Whatsapp Inc mengklaim telah meraup pendapatan sebesar lebih dari Rp 200 triliun, dengan pengguna aktif 200 juta diseluruh dunia.
2.     WeChat, adalah aplikasi buatan perusahaan TI raksasa asal China yaitu Tencent Holding yang diluncurkan pada tahun 2010. Pada awalnya Wechat bernama Weixin, namun diubah menjadi Wechat karena akan ekspansi secara internasional. Pada tahun 2013 ini, Wechat telah mencapai 300 juta pengguna diseluruh dunia, dengan pendapatan sekitar Rp 620 triliun. Di Indonesia, PT. MNC group milik Harry Tanoesudibjo menguasai 40% saham Wechat.
3.     Line, adalah aplikasi mobile chat kebanggan masyarakat Korea Selatan. Aplikasi ini dibuat oleh perusahaan NHN (Next Human Network) Corporation pada tahun 2012. Nama Line terinspirasi dari banyaknya sambungan telepon saat terjadi gempa bumi di negara Jepang, semua karyawan operator telekomunikasi berteriak menyebut “line… line”. Pada tahun 2013 ini, Line telah diunduh dan diinstal oleh 150 juta pengguna diseluruh dunia dengan pendapatan sekitar Rp 120 triliun.
4.     Kakaotalk, adalah aplikasi buatan Kakao Corp di Korea Selatan, yang didirikan oleh Beom Soo Kim, mantan CEO NHN Corporation pada tahun 2010. Meski lahir di negara Korea namun popularitas Kakaotalk lebih meledak di negara Jepang, sehingga seringkali pengguna Kakao mengira aplikasi tersebut berasal dari Jepang. Dengan jumlah pengguna sebanyak 90 juta, Kakaotalk telah membukukan pendapatan sekitar Rp 90 triliun.

          Pendapatan ke empat mobile chat tersebut sangat besar, nilainya mencapai triliunan rupiah. Lalu bagaimana cara perusahaan mobile chat tersebut memperoleh pendapatan? Berikut sedikit kami jelaskan bagaimana perusahaan pembuat aplikasi tersebut meraup untung :

1.     Jika kalian mengunduh aplikasi mobile chat memang tidak dikenakan biaya alias gratis, namun jangan salah, yang gratis itu hanya registrasinya saja. Toh, kalian tetap dikenakan biaya akses data bukan? Nah, salah satu pemasukan dari aplikasi mobile chat adalah bekerjasama dengan operator seluler untuk pembagian keuntungan dari penjualan data. Contoh, baru baru ini Wechat bekerjasama dengan salah satu provider telekomunikasi di Indonesia dengan meluncurkan program promo gratis menggunakan Wechat selama sebulan. Setelah lewat sebulan, pelanggan akan dikenakan tarif Rp 1.000/hari, Rp 5.000/minggu dan Rp 20.000/bulan. Pemasukan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdua antara provider telekomunikasi dengan Wechat.
2.     Penjualan item premium, perusahaan mobile chat memang banyak sekali menyediakan item gratis yang lucu dan unik, namun ada juga item seperti sticker, wallpaper, game dll yang di jual secara premium. Item ini dijual dengan harga bervariasi antara Rp 10.000 sampai Rp 50.000. Pendapatan dari penjualan item premium ini sangat besar, beberapa aplikasi mobile chat tersebut mengklaim bisa mendapatkan pemasukan sehari hingga puluhan juta rupiah diseluruh dunia.
3.     Iklan, untuk iklan, hanya aplikasi Whatsapp yang berkomitmen untuk tidak menggunakan iklan. Karena menurut mereka, iklan sangat mengganggu kenyamanan user dalam berkomunikasi. Sedangkan aplikasi lainnya tetap menjadikan iklan sebagai sumber pendapatan mereka.
4.     Penjualan lisensi produk, untuk bisa menjalankan aplikasi mobile chat di gadget mereka, perusahaan handphone seperti Samsung, Blackberry, Sony, HTC dll wajib membeli lisensi yang dimiliki oleh perusahaan mobile chat. Biasanya penandatanganan kontrak penggunaan lisensi berlangsung tiap lima tahun sekali, dengan jumlah yang sangat besar hingga mencapai triliunan rupiah. Keuntungan yang diperoleh perusahaan gadget tersebut adalah semakin tingginya penjualan produk mereka karena dilengkapi layanan mobile chat.
Nah, itulah empat sumber pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan mobile chat. Cukup besar bukan? Bahkan salah satu aplikasi mobile chat baru baru ini mengklaim berhasil meraup laba sekitar Rp 236 miliar hanya dalam satu hari!. Bayangkan uang kita miliaran rupiah melayang ke negara negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Korea Selatan.. hehehe.

Sebenarnya anak anak Indonesia telah berhasil menciptakan aplikasi mobile chat sendiri yang dinamakan Catfiz, namun masih minim pengguna. Catfiz yang artinya ikan kucing atau lazim disebut ikan lele adalah aplikasi asli Indonesia yang di buat oleh PT. DuniaCatfish Kreatif Media di Surabaya pada tahun 2012. Catfiz masih sangat minim pengguna, terhitung per tahun 2013 ini, Catfiz baru digunakan oleh ribuan pengguna, entah ini disebabkan karena minimnya promosi atau karena masyarakat kita memang lebih senang dengan semua hal yang sifatnya made in luar negeri, hehhe entahlah…

Mengenai kecintaan masyarakat indonesia pada produk luar negeri, saya teringat dengan strategi marketing dari produsen sepeda gunung Polygon. Tak banyak yang tahu bahwa ternyata sepeda Polygon itu buatan asli Indonesia tepatnya dari daerah Sidoarjo. Polygon menjadi laris manis karena user lokal mengira Polygon berasal dari Amerika Serikat. Pada awalnya, Polygon memang tidak memasarkan produknya di pasar domestik, mereka justru memasarkannya di negara Amerika Serikat dan Inggris. Setelah meledak di Amerika, banyak masyarakat Indonesia yang memesan sepeda tersebut, saat itulah Polygon baru memasarkan produknya di dalam negeri.

Karakter masyarakat Indonesia yang cinta dan fanatik dengan produk luar negeri seperti contoh pada kasus sepeda Polygon ada baiknya juga diterapkan oleh perusahaan aplikasi mobile Catfiz, yaitu tidak terlalu menonjolkan slogan sebagai aplikasi lokal tetapi justru fokus pada pasar luar negeri agar kedepannya aplikasi lokal buatan anak negeri ini dapat bersaing dan mengalahkan aplikasi dari negara negara lain, dan tentu saja hal ini akan menjadi pemasukan besar bagi pendapatan negara, selain itu juga dapat merangsang daya kreatifitas anak negeri untuk bisa terus menciptakan produk produk yang lebih berkualitas. Salam.