Darimana Aplikasi Mobile Chat Mendapatkan Untung atau Laba?
Kalian
tentu telah mengenal beberapa aplikasi mobile chat seperti Whatsapp, WeChat,
Line dan KakaoTalk bukan? Tetapi pernahkah kalian bertanya tanya darimana sih
keuntungan yang diperoleh perusahaan pembuat aplikasi tersebut? Bukankah
aplikasi tersebut dapat diunduh gratis melalui Appstore, Playstore maupun
IOSstore? Apakah perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan? Lalu
bagaimana mereka menggaji karyawan yang jumlahnya ribuan diseluruh dunia?
Sebelum
membedah tambang uang dari aplikasi mobile chat, ada baiknya kita berkenalan
terlebih dahulu dengan raksasa raksasa mobile chat yang kini tengah menguasai
dunia.
1. Whatsapp,
adalah aplikasi mobile chat buatan Whatsapp Inc yang berlokasi di California,
Amerika Serikat. Whatsapp diciptakan pada tahun 2009 oleh Brian Action dan Jan
Koum, mantan karyawan Yahoo.com. Tahun 2013 ini, pihak Whatsapp Inc mengklaim telah
meraup pendapatan sebesar lebih dari Rp 200 triliun, dengan pengguna aktif 200
juta diseluruh dunia.
2. WeChat, adalah
aplikasi buatan perusahaan TI raksasa asal China yaitu Tencent Holding yang
diluncurkan pada tahun 2010. Pada awalnya Wechat bernama Weixin, namun diubah
menjadi Wechat karena akan ekspansi secara internasional. Pada tahun 2013 ini, Wechat
telah mencapai 300 juta pengguna diseluruh dunia, dengan pendapatan sekitar Rp
620 triliun. Di Indonesia, PT. MNC group milik Harry Tanoesudibjo menguasai 40%
saham Wechat.
3. Line, adalah
aplikasi mobile chat kebanggan masyarakat Korea Selatan. Aplikasi ini dibuat
oleh perusahaan NHN (Next Human Network)
Corporation pada tahun 2012. Nama Line terinspirasi dari banyaknya sambungan
telepon saat terjadi gempa bumi di negara Jepang, semua karyawan operator
telekomunikasi berteriak menyebut “line… line”. Pada tahun 2013 ini, Line telah
diunduh dan diinstal oleh 150 juta pengguna diseluruh dunia dengan pendapatan
sekitar Rp 120 triliun.
4. Kakaotalk, adalah
aplikasi buatan Kakao Corp di Korea Selatan, yang didirikan oleh Beom Soo Kim,
mantan CEO NHN Corporation pada tahun 2010. Meski lahir di negara Korea namun
popularitas Kakaotalk lebih meledak di negara Jepang, sehingga seringkali
pengguna Kakao mengira aplikasi tersebut berasal dari Jepang. Dengan jumlah
pengguna sebanyak 90 juta, Kakaotalk telah membukukan pendapatan sekitar Rp 90
triliun.
Pendapatan
ke empat mobile chat tersebut sangat besar, nilainya mencapai triliunan rupiah.
Lalu bagaimana cara perusahaan mobile chat tersebut memperoleh pendapatan? Berikut
sedikit kami jelaskan bagaimana perusahaan pembuat aplikasi tersebut meraup
untung :
1. Jika
kalian mengunduh aplikasi mobile chat memang tidak dikenakan biaya alias
gratis, namun jangan salah, yang gratis itu hanya registrasinya saja. Toh,
kalian tetap dikenakan biaya akses data bukan? Nah, salah satu pemasukan dari
aplikasi mobile chat adalah bekerjasama dengan operator seluler untuk pembagian
keuntungan dari penjualan data. Contoh, baru baru ini Wechat bekerjasama dengan
salah satu provider telekomunikasi di Indonesia dengan meluncurkan program
promo gratis menggunakan Wechat selama sebulan. Setelah lewat sebulan,
pelanggan akan dikenakan tarif Rp 1.000/hari, Rp 5.000/minggu dan Rp
20.000/bulan. Pemasukan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdua antara
provider telekomunikasi dengan Wechat.
2. Penjualan
item premium, perusahaan mobile chat memang banyak sekali menyediakan item
gratis yang lucu dan unik, namun ada juga item seperti sticker, wallpaper, game
dll yang di jual secara premium. Item ini dijual dengan harga bervariasi antara
Rp 10.000 sampai Rp 50.000. Pendapatan dari penjualan item premium ini sangat
besar, beberapa aplikasi mobile chat tersebut mengklaim bisa mendapatkan
pemasukan sehari hingga puluhan juta rupiah diseluruh dunia.
3. Iklan,
untuk iklan, hanya aplikasi Whatsapp yang berkomitmen untuk tidak menggunakan
iklan. Karena menurut mereka, iklan sangat mengganggu kenyamanan user dalam
berkomunikasi. Sedangkan aplikasi lainnya tetap menjadikan iklan sebagai sumber
pendapatan mereka.
4. Penjualan
lisensi produk, untuk bisa menjalankan aplikasi mobile chat di gadget mereka, perusahaan
handphone seperti Samsung, Blackberry, Sony, HTC dll wajib membeli lisensi yang
dimiliki oleh perusahaan mobile chat. Biasanya penandatanganan kontrak
penggunaan lisensi berlangsung tiap lima tahun sekali, dengan jumlah yang
sangat besar hingga mencapai triliunan rupiah. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan gadget tersebut adalah semakin tingginya penjualan produk mereka
karena dilengkapi layanan mobile chat.
Nah,
itulah empat sumber pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan mobile chat. Cukup
besar bukan? Bahkan salah satu aplikasi mobile chat baru baru ini mengklaim
berhasil meraup laba sekitar Rp 236 miliar hanya dalam satu hari!. Bayangkan
uang kita miliaran rupiah melayang ke negara negara seperti Amerika Serikat,
Jepang, Cina dan Korea Selatan.. hehehe.
Sebenarnya
anak anak Indonesia telah berhasil menciptakan aplikasi mobile chat sendiri
yang dinamakan Catfiz, namun masih
minim pengguna. Catfiz yang artinya ikan kucing atau lazim disebut ikan lele
adalah aplikasi asli Indonesia yang di buat oleh PT. DuniaCatfish Kreatif Media
di Surabaya pada tahun 2012. Catfiz masih sangat minim pengguna, terhitung per
tahun 2013 ini, Catfiz baru digunakan oleh ribuan pengguna, entah ini
disebabkan karena minimnya promosi atau karena masyarakat kita memang lebih
senang dengan semua hal yang sifatnya made in luar negeri, hehhe entahlah…
Mengenai
kecintaan masyarakat indonesia pada produk luar negeri, saya teringat dengan
strategi marketing dari produsen sepeda gunung Polygon. Tak banyak yang tahu
bahwa ternyata sepeda Polygon itu buatan asli Indonesia tepatnya dari daerah
Sidoarjo. Polygon menjadi laris manis karena user lokal mengira Polygon berasal
dari Amerika Serikat. Pada awalnya, Polygon memang tidak memasarkan produknya
di pasar domestik, mereka justru memasarkannya di negara Amerika Serikat dan
Inggris. Setelah meledak di Amerika, banyak masyarakat Indonesia yang memesan
sepeda tersebut, saat itulah Polygon baru memasarkan produknya di dalam negeri.
Karakter
masyarakat Indonesia yang cinta dan fanatik dengan produk luar negeri seperti
contoh pada kasus sepeda Polygon ada baiknya juga diterapkan oleh perusahaan
aplikasi mobile Catfiz, yaitu tidak terlalu menonjolkan slogan sebagai aplikasi
lokal tetapi justru fokus pada pasar luar negeri agar kedepannya aplikasi lokal
buatan anak negeri ini dapat bersaing dan mengalahkan aplikasi dari negara
negara lain, dan tentu saja hal ini akan menjadi pemasukan besar bagi
pendapatan negara, selain itu juga dapat merangsang daya kreatifitas anak
negeri untuk bisa terus menciptakan produk produk yang lebih berkualitas.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
sampaikan pesan anda disini